Bandung
Medical Center.
"NYAI MERAH".
Hari ini aku dan 3 kawanku memberanikan diri untuk
datang kerumah sakit yang katanya 'Angker’, sebelumnya aku memang berniat
mencari tempat berhantu di kotaku ini. Setelah aku membaca beberapa tempat, aku
menemukan sebuah rumah sakit yang berada di Jalan H. wasid, rumah sakit ini
sudah tidak digunakan selama belasan tahun. Untuk sebuah gedung 1 bulan tanpa
penghuninya saja sudah ada penghuni lain apalagi ini belasan tahun.
Sesampainya kami disana, kami disambut oleh gerbang
rumah sakit yang rusak, jalanan yang becek karena sore tadi bandung diguyur
hujan yang begitu deras.
“Kamu yakin mau masuk tuh rumah sakit?”.
Aku dengan tegas meng’IYA’kan.
“Kenapa , kalian takut?!”. Tantangku.
Mereka hanya saling menatap.
Aku melihat bapak penjaga, bapak itu menghampiri
kami, iya menanyakan tujuan kami datang ketempat ini untuk apa, aku menjelaskan
ingin membuang rasa penasaranku saja.
Ketiga temanku Nisa, Adam dan Opik, masih memarahiku
dengan kegilaan nekatku.
Nisa yang sudah baca beberapa artikel tentang tempat
ini mewanti-wanti, kalau sudah lewat jam magrib jangan masuk tempat ini apalagi
sehabis hujan mereka akan menampakan diri.
Penjaganyapun membenarkan, namun karena penasaranku
lebih besar dari rasa takut, aku meyakinkan mereka ‘TIDAK AKAN TERJADI APA-APA’.
Ketika memasuki ruangan tunggu, tempat disini cukup
nyaman hanya atapnya saja yang banyak sarang laba-laba.
Gedung ini memiliki 4 lantai dengan halaman yang luas,
sebelum kami berkeliling kami melakukan doa untuk keselamatan.
Pak ahmad bilang untuk tidak sompral bila salah satu
dari kami melihat ‘SESUATU’ dari mereka, jangan dibicarakan. Bila perasaan
sudah tidak nyaman tinggalkan tempat ini karena kita tidak tau apa yang akan
terjadi didalam sana.
Waktu menunjukan jam 7 malam, tempat ini sangat
menakutkan, lorong demi lorong kita telusuri , sarang laba-laba terus kita temui
disepanjang jalan, gedung rumah sakit ini tidak seperti bangunan rumah sakit
biasanya, bangunan ciri khas belanda masih melekat dibangunan ini.
Ruangan demi ruangan kami lewati, sampai akhirnya
kami menemukan ruangan instalasi bayi.
Konon diruangan ini ‘Penghuninya’ sering ‘Menyapa’,
memang aura dilorong ini sangat berbeda?!, rasanya panas entah kenapa.
Opik yang sibuk memphoto sudut demi sudut rumah sakit, tiba-tiba terdiam.
Kami yang masih hanyut dalam suasanan melihat Opik
heran, aku menanyakan apa yang terjadi?.
Opik bilang kameranya mati.
Adam mencoba memperbaiki kamera, aku dan Nisa saling
menatap heran. Nisa mengeluh ingin pulang tapi aku meyakinkannya itu hal yang
wajar terjadi bukan gangguan gaib mungkin kameranya habis baterai karena sebelum ketempat ini kami melakukan
photo-photo di Jalan Asia Afrika.
Opik meyangkal opiniku karena menurutnya baterai
kamera masih penuh.
Suasana semakin tidak jelas, aku yang kesal tetap
mempertahankan egoku.
Pak Ahmad memperingatkan kami semua bila sudah tidak
enak hati mending keluar dari sini.
Aku menahan niat mereka karena aku masih penasaran
dengan gedung ini.
“ini udah pertanda, kalau kita lanjutin ini bakalan
ngga bener” kesal Adam.
“yaa kalau kalian takut, kalian keluar biarin aku
sama pak Ahmad disini” kataku.
Adam melihatku dan memalingkan muka, itu tandanya
dia membenciku sekarang.
Kami melanjutkan perjalanan, aku menemukan papan yang bertulisakan kalimat “DILARANG
MASUK”.
Peringatan tulisan dipapan pintu itu sangat
menakutkan namun sangat memicu rasa penasaranku.
Aku menanyakan ruangan itu pada pak Ahmad, jawabnya
itu adalah kamar mayat. Aku mengeluarkan handphoneku
dan mencoba memphoto, karena menurutku terlalu jauh, aku mencoba mendekat pada
pintu itu, pak Ahmad menghentikan langkahku dan bilang “JANGAN!”, aku yang
kaget langsung menghentikan niatku, kamera handphone
tiba-tiba tak bisa digunakan, lampu senter yang dipegang pak Ahmadpun mati.
Lorong ini begitu gelap, kami langsung mendekat satu
sama lain, aku menyalakan lampu flash.
Aku menyorot semua yang berada didekatku.
Semua panik, tak lama kemudian ketika lampu senter
milik pak Ahmad menyala, kami mendengar suara perempuan ‘Cekikikan’, sontak
kami mencari dari mana arah suara itu.
Astaga, kami melihat sosok perempuan berdiri didepan pintu kamar mayat itu, ia menunduk dan
menangis. bulukuduku berdiri , apa yang aku lihat sangat mengerikan, sekarang
ia melihat kami dengan penuh dendam ia menjambak-jambak rambutnya.
“NISA!!!!”, teriak Adam, iya itu Nisa, Nisa “KESURUPAN”.
Semua berlari kearahnya pak Ahmad membacakan doa-doa
, Nisa menjerit, menangis ,tertawa, expresi itu terus bergantian, sampai
akhirnya Nisa tak sadarkan diri.
Kami langsung membawanya menuju ruang tunggu utama.
Kami berlari meninggalkan tempat itu, pintu kamar mayat itu terbuka dan tertutup
dengan sendirinya, kamipun mendengar suara cekikikan dari arah lainnya , gerak
langkah kami terdengar diseluruh ruangan, aku melihat sekelebat gaun bewarna
merah turun dari lantai yang paling atas, aku membaca doa, suara cekikikan itu
semakin terdengar.
Dilorong ujung yang sangat gelap ternyata ada sosok
mahluk lain disana, ia melihat kearah kami dengan mata yang bewarna merah,
sosok itu terlihat tinggi besar dan berbulu yang biasa orang sebut ‘GENDERUWO’,pak
Ahmad bilang jangan panik, kami tidak
percaya dengan apa yang kami lihat.
Sosok itu sekarang “MENDEKAT”, suara cekikikan
itupun berada dibelakangku sekarang.
Tubuhku mematung untuk bicarapun tak bisa, kami
memejamkan mata dan membaca doa-doa.
Sampai mahluk itu tidak ada.
Sesampainya kami diruang tunggu kami langsung keluar
dan membawa Nisa kedalam mobil.
Kamipun meninggalkan rumah sakit.
Ketika didalam mobil kita semua bercerita tentang
kejadian yang barusan dialami.
Sebelum kameranya mati, Opik bercerita dilorong instalasi bayi, ia melihat anak kecil
didalam ruangan, anak kecil itu berwajah rata
ia seperti memanggil nama “mama”.
Adampun bilang pas kejadian dilorong kamar mayat itu
dia melihat sosok berbaju merah mengajak Nisa tetapi ia tidak melihat dengan
jelas kiranya Nisa pergi bersama Opik karena kebetulan Opik memakai jaket
merah, aku bilang pada mereka semua untuk melupakan kejadian ini.
Aku melihat Nisa belum sadarkan diri ia ada di jok
belakang dengan rambut yang menutupi wajahnya.
Handphoneku
berbunyi “Nisa” memanggil, aku yang
heran langsung menjawab.
Nisa marah-marah katanya dia masih di gedung Rumah Sakit.
Aku yang kebingunan langsung melihat jok belakang dan sosok itu tak ada?!.
Bearti yang berada di jok belakang itu bukan Nisa?!.
Aku bilang pada Opik untuk kembali lagi ke rumah sakit
, kami heran setengah mati!. ketika kami balik lagi dan menceritakan kejadian
yang baru kami alami, pak Ahmad langsung menetralkan diri kami masing-masing.
Pak Ahmad meminumkan air yang sudah diberi doa-doa
kepada kami.
Aku yang merasa bersalah, meminta maaf pada mereka.
Pak Ahmad bilang pulang dari sini mandi dengan
membaca doa dan ayat kursi.
Kami meng’IYA’kan.
Pak Ahmadpun heran kenapa Nisa ditinggal sendiri
diruang tunggu ketika pak ahmad mengambil air minum.
Kejadian ini tak akan pernah aku lupakan .
Aku baru mengerti ketika
kita mencari keberadaannya, mereka akan mengajak kita untuk bermain
bersamannya.
Bila kamu tak percaya dengan ceritaku, langsung saja
kunjungi tempat ini, diatas jam 6 malam apakah pak Ahmad akan mengijinkan
kalian untuk masuk bila tidak, tanyakan alasannya kenapa?!.
Budiman