Rabu, 08 Januari 2014

GENGGAMAN LUKA DALAM SENYUMAN, HANZ! (part1)


Kategori: Cerita Cinta

Judul: Genggaman luka dalam senyuman!.

Tokoh utama: Hanz

 Untuk: Remaja

Penulis: Budiman



  Perasaan adalah hati manusia yang bicara, kadang kita harus menyembunyikan perasaan yang sebenarnya demi menjaga hubungan“persahabatan”, sangat menyakitkan memang membohongi diri sendiri dan  ini yang selalu manusia lakukan.

Semua orang pernah berada di posisi ini.

Pada akhirnya saya mencoba membuat satu buah cerita,
 Dimana dalam cerita ini, kamu akan menjadi 3 tokoh penting,dalam 1 permasalahan yang sama,dalam kejadian yang berbeda.

Semoga cerita yang saya tulis, bermanfaat dan dapat membuka pikiran kamu agar lebih peka terhadap perasaan orang-orang yang berada sisi kamu. :-)

It’s time to begin my short story:


Genggaman luka dalam senyuman!

“Bohong!, percuma menjelaskan! semuanya telah terjadi Hanz, kepercayaan gue udah ilang, lu ngga seharusnya kaya gini, jujur lebih baikkan? meskipun itu menyakitkan!”.

Waktu serasa berhenti, keadaan seolah menertawakan kebodohanku, apa yang sebenarnya aku lakukan menghiyanati mereka yang telah mempercayaiku,

aku mencoba untuk meluruskan masalah ini, tapi William tidak peduli, apa yang sebenarnya aku perbuat, Tuhan?.

HANZ.

Hanz adalah anak yang baik dan pintar, segudang prestasi sudah dia raih, mengharumkan nama baik sekolah dan selalu juara kelas, tidak seperti diriku yang sudah ternilai anak nakal, malas dan playboy.

Bila ada tugas kelompok, aku selalu masuk kedalam kelompok Hanz, Entah apa yang dipikiran oleh para guru? tapi aku mengerti dengan maksudnya.

Kepintaran Hanz, niatnya hanya aku manfaatkan saja, tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku menjadi nyaman berteman dengannya.

Hanz sangat bertanggung jawab dan mau merubah sifat jelekku, kadang dia terlalu memaksaku untuk menjadi apa yang dia mau, mungkin karena dia peduli, tapi terlalu peduli juga tidak baik.
Anak-anak dikelas selalu memojokan kami berdua, disangka mempunyai hubungan khusus, aku  risih dengan perkataan mereka, Aku putuskan untuk jaga jarak dengan Hanz bila disekolah, karena memang Hanz selain terkenal dengan siswa terpintar, diapun terkenal dengan setatus cowok feminim.

karena Hanz banyak teman perempuan, aku berpikir untuk mendapatkan salah satu dari mereka.
2 tahun aku memendam rasa penasaran pada seorang gadis bernama Hana, siswi tetangga kelasku.

Dia siswi yang menurutku “menarik” berbeda dengan perempuan lainnya, aku sangat tergila-gila padanya, tapi aku selalu bertanya dalam hati.

 Apakah seorang perempuan baik seperti Hana, mau menerima seorang playboy sepertiku?, Entahlah.


Tahun ini kami memasuki tahun terakhir sekolah.

 Semua siswa –siswi memenuhi papan pengumuman, untuk mencari nama masing-masing.
Terpampang nama Hanz, Hana dan namaku William, kelas 3.b

Tanpaku duga kamipun sekelas, persahabatanku semakin hari semakin erat, sekarang aku tidak perlu repot-repot untuk mengenal jauh siapa Hana.

(Belakangan ini, aku selalu bercerita pada Hanz tentang perasaanku kepada  Hana, Hanz selalu mendengarkan ceritaku dengan baik dan memberikan masukan untuk mendapatkan seorang gadis.

 Hanz bersedia membantuku untuk mendapatkan Hana.)                

 Malam itu kami bertiga selesai mengerjakan tugas, aku mengajak Hana pulang, tapi ajakanku sedikit tidak diresponnya.

“udah pulang aja,sama William,bentar lagi ujan loh” Hanz meyakinkan Hana.

Hana meng”iyakan” karena kondisi,

Di perjalanan kami tidak berbincang, yang terdengar  hanya knalpotku saja yang berisik.

Aku memberanikan diri untuk membuka obrolan.

“rumahnya dimana Han?”.


“itu bentar lagi sampe” .
 Rasanya aku ingin sekali mengungkapkan perasaan ini, tapi ini bukan waktu yang tepat.

“makasih ya,udah nganterin”Hana tersenyum, “iya,sama-sama”.

Entah kenapa hati ini bahagia ketika Hana tersenyum kepadaku, apa ini yang dinamakan “JATUH CINTA?”.


RASA INI MEMBUNUH LOGIKA?

Setiap menit, aku selalu memikirkan dia dan berhayal dapat memilikinya,

Perasaanku mulai tidak menentu, menginginkannya tapi aku terlalu takut menerima keputusannya.

Aku memang seorang playboy, tapi perasaanku berbeda padanya, aku tidak pernah sesuka ini, aku menyukainya karena sifat dia yang dingin, tapi membuatku nyaman berada disisinya, dia adalah perempuan pertama yang membuatku penasaran dan jatuh cinta, dia menarik karena dia tidak seperti mantan-mantanku yang agresif.

 Rasa cinta ini tumbuh murni secara lahiriah dalam diri manusia.

Perasaan yang selama ini aku takutkan adalah JATUH CINTA, mengapa?
karena permasalahan perasaan itu rumit, cinta adalah perasaan yang tidak bisa ditolak, karena cinta itu datang ketika kita menemukan rasa “nyaman” siapapun itu orangnya, tapi ketika rasa “nyaman” itu tidak memiliki arti bagi dirinya, akan menjadi kesalah-pahaman antara dia dan diriku,”SALAH MENGARTIKAN SEMUANYA” dan pada akhirnya yang kudapat, hanyalah “LUKA”.

Mungkin ini adalah proses untuk mendapatkan belahan jiwa, tapi aku tidak mau berlama-lama dalam permaianan taman labirin cinta, aku harus ungkapkan, percuma memendam perasaan ini, sampai kapanpun  dia tidak akan pernah tahu isi hatiku.

Jarum jam setiap detik berganti posisi, sama halnya seperti diriku yang gelisah antara mengungkapkan atau tidak, bingung? mencari solusi sendiri, pada akhirnya aku putuskan untuk kembali kerumah Hanz.

“Hanz, Hanz?”, Hanz membukakan pintu,Hanz memakai piyama tidur dengan mata setengah terbuka,  memandangiku heran, aku memakluminya karena ini sudah jam sepuluh  malam,

“William??” heran., “Hanz,boleh ngga gue nginep dirumah lu?soalnya gue mau,biasalah.”, aku tersenyum.


Hanz meijinkanku menginap.

Hanz menawariku makanan dan minuman, aku yang lapar, meng”iya”kan.
 sambil menunggu Hanz menyiapkan makanan, aku melihat-lihat barang yang berada di kamar, yang kulihat hanya piala-piala penghargaan.

Hanz anak yang pintar dan tampan tidak perlu repot-repot untuk mencari seorang perempuan, banyak perempuan yang mendekatinya, Hanzpun mempunyai keluarga yang harmonis, betapa ‘SEMPURNA’nya hidup Hanz.

Tidak seperti diriku, orang tua setiap hari cek-cok, untuk mendapatkan seorang perempuan harus “MENGGOMBAL” dulu, piala tidak punya, paling aku mendapatkan penghargaan, ya,penghargaan anak termalas, tidak ada yang harus aku banggakan dalam hidupku.

Hanz mengagetkan lamunanku,

”Will, jarang-jarang lu main kerumah gue, malam-malam”,

“ya ,gue bingung sama perasaan gue sendiri?”.

Aku menceritakan semuanya kepada Hanz tentang perasaanku kepada Hana, bingung antara mengungkapakan atau tidak, sebenarnya apa yang aku alami ini sangat tidak biasa, “GALAU KARENA PEREMPUAN?!”, biasanya aku sendirilah yang membuat mereka galau.

Kami berdua saling memberikan masukan dan mencari solusi., masalah perasaan itu hanya satu jawabanya “UNGKAPKAN” , percuma lu menyembunyikan perasaan,dia ngga akan pernah tahu”. Hanz memberikan jawaban

Masalah menjadi ringan, karena ada Hanz yang mengerti dengan kondisi seperti ini, padahal Hanz di sekolah sangat cuek terhadap  perempuan bahkan tidak pernah aku mendengar pacarnya, karena Hanz typikal anak yang mengedepankan prestasi, yang kulihat di sekolah dengan Hanz hari ini sungguh berbeda, bila di sekolah Hanz yang selalu memecahkan soal-soal pelajaran, tapi malam ini Hanz memecahkan MASALAH CINTA. 

“Hanz,hari ini lu,menjadi raja cinta!” hanz tersenyum, “lu ngerti banget sama kondisi kaya gini,emang lu  pernah ada,diposisi gue?”.

“pernah dan itu menyakitkan”.

Tanpa disadari kami tertidur.

Tanpa aku sadari cinta ini tumbuh dan membuatku gila, berhalusinasi tentangnya, bukan sesuatu yang wajar, inilah rasanya bila kasih sayang tidak terlampiaskan.


Alarm berbunyi, aku yang tertidur nyenyak mau tidak mau harus terbangun.

Aku yang masih setengah sadar mengambil jam weker yang berbentuk woody woodpecker siburung pelatuk yang berisik, niat untuk mematikan nada dari jam weker, eh malah aku terbelalak kaget, karena sudah jam setengah tujuh.

Keheningan pagi ini di pecahkan oleh kegaduhan kami berdua yang  teburu-buru untuk pergi ke sekolah.

Diperjalanan kami ngebut, bila telat kami berdua tidak bisa masuk karena gerbang sekolah sudah ditutup rapat, lampu merahpun kami terobos, pada akhirnya kami berdua harus berurusan dengan polisi lalulintas.

“TAHUKAN ITU LAGI LAMPU MERAH! maen terobos aja, gimana kalau kalian celaka, mana sim dan stnknya”!.

Aku mencari-cari dompet didalam tas, karena semua kartu, uang termasuk sim ada didalamnya, tapi sial dompetku ketinggalan dirumah Hanz.

“MAMPUS!”kataku,  “siapa yang meninggal” Hanz menjawab.

Aku yang tadinya kesal menjadi ingin tertawa tapi dari perkataan Hanz aku menemukan ide,

“ya,pak noven satpam kita, tadi pagi meninggal, makanya kita buru-buru pak!”kataku.

Polisi percaya dengan cerita bohongku, tapi pak polisi tetap menahan motor, kami berduapun mau tidak mau harus menaiki angkutan umum.

Di sekolah, gerbang sudah tertutup rapat, aku yang sedang mencari ide untuk masuk kedalam, tiba-tiba lenganku diajak untuk berlari, karena Hanz melihat arwah pak noven, satpam sekolah.

“MAU KEMANA KALIAN!?”pak noven berteriak.

pada akhirnya Aku dan Hanz bolos sekolah,

“terus sekarang kita mau kemana?”, “KANTIN!” kataku bersemangat.

Dikantin aku menjelaskan keadaan yang sebenarnya tentang satpam sekolah yang meninggal dunia.

“itu hanya, akal-akalanku saja Hanz, supaya kita bisa lolos dari polisi”.

 “tahu gitu mendingan kita masuk aja”.

Ketika kami berdua sedang asyik ngobrol, tiba-tiba?
“malah asyik-asyikan kalian ngobrol di kantin,MASUK!!”

 Aku dan hanz spontan menoleh kebelakang.

“iyaa,,buuu?”kataku gugup.

 “HANA?” Hana tersenyum.

Kami bertigapun mengobrol di kantin sekolah dan menceritakan kejadian hari ini.

“gokil banget kalian berdua”.

“terus kenapa kamu kesini,Hana?”.
  
“lagi badmood belajar aja, oh iya aku bawa makanan spesial buat William”.

Aku yang tidak menyangka akan hal ini, ternyata terjadi nyata.

Hanz tersenyum kepadaku, karena rencananya berhasil menjadi macomblang.

Susana di kantin menjadi romantis dan tenang, tiba-tiba pak noven datang, kami bertiga ketahuan, dan yang terjadi hanya kejar-kejaran,

“HEII!,BAYAR DULU” ibu kantin berteriak,  “iya bu ntar, kasbon dulu!” kataku.

Kami bertiga tidak tahu arah dan tujuan, jalan yang menurut kami aman, kami lalui.
pemukiman warga yang banyak orang-orang beraktifitas, gang-gang sempit, terus kami berlari, Aku mendapatkan ide bersembunyi di dalam toilet umum warga?, ide gila atau ngga, tapi dalam kondisi seperti ini, apapun bisa dilakukan yang penting selamat dari kejaran satpam.

Di dalam toilet dipenuhi oleh kami bertiga, tanpa kami mempedulikan ada seorang perempuan.
Kami pun keluar, dengan keadaan baju yang basah dipenuhi keringat, seorang bapak-bapak salah satu warga setempat melihat kami, bapak-bapak itupun berteriak.

“WOI,KALIAN BERANINYA MESUM DI DALAM WC!”

Belum sempat kami menjelaskan, warga berhamburan keluar, karena penasaran dengan apa  yang terjadi.

Aku yang ketinggalanan jauh berada dibelakang tertangkap oleh salah satu preman, preman itu tiba-tiba?.

“AMPUN,PAK,AMPUN!”.

“Will,lu kenapa?? Bangun,heh bangun!.
“Ampun pak,ampun!”.

“minta ampun kenapa?.
  
 “lu ngigo ya?, udah bangun ini udah siang!”.

“Pokonya kita ngga boleh telat?” kataku panik.

“William ini hari minggu!”.

Kenapa aku seperti orang bego tidak tahu hari, mungkin aku terlalu sibuk memikirkannya dan apa sebenarnya maksud mimpi itu?!.

“oh iya Will, gue mau lu dateng nanti malem ke café merah ,gue tunggu lu disana?.

“dalam acara apa nih, lu ngundang gue?”.
    
“ya, lu bakalan tahu nanti”.

Aku meng’iya’kan ajakan HANZ.


RENCANA DALAM SELIMBUT  LUKA.


Ini adalah rencanaku, rencana terbodoh atau terpintar, tapi aku harus mencobanya.

Williampun meng’iya’kan ajakanku.

“Hanz, gue pulang dulu, ntar malem gue pasti dateng, makasih ya udah ngebolehin gue nginep.”.

“iya, awas lu kalau ngga dateng?”.

Aku melihat William tersenyum dan pergi, Entah kenapa hati ini sakit melihatnya.
Dalam kesendirian aku berpikir apakah rencanaku ini akan berhasil?

Antara maju dan mundur, tapi aku harus maju!.

Menghubungi Hana.

“hallo,Han??”.

“iya Hanz, ada apa?”.

 “Han kamu ada waktu ngga nanti malam,soalnya aku mau ngajak kamu?”.

“ada, ngajak aku apa Hanz?”.

 “aku mau ngajak kamu dinner di café merah, aku langsung tunggu disana ya”.

“iya”.

“yaudah ketemu nanti malem”.

“iya,Hanz”.

Aku senyum-senyum sendiri, kenapa hati ini sungguh bahagia?, aku tidak mengerti dengan diriku sendiri, apa yang sebenarnya aku perbuat?.

kejadian itu menghantuiku lagi, ketika William membonceng Citra kecenganku,memakai motor besar, melihat kearahku dan tersenyum sinis.

Aku tidak pernah menyangka akan seperti itu kejadianya, Aku tidak tahu maksud William apa?
Yang pasti,  Hanya dengan pertemuan nanti malam aku akan membalas semuanya!.


TIDAK  PERNAH KUDUGA!


Hanz mengajakku dinner, ya Tuhan mimpi apa aku semalam?.

Akhirnya dia mengerti dengan perasaanku, aku sudah lama menunggu moment ini terjadi, aku harus memakai baju apa?, untuk Hanz bisa mengagumiku nanti malam dan berkata “betapa cantiknya kamu malam ini”.

“mamah, nanti malam aku mau diajak dinner sama Hanz, tapi mah, aku bingung mau pake baju apa?”.

“ini, aja dress mama, yang waktu dulu dipake saat kencan pertama sama papah”

Dress warna hijau, kalau pake baju itu pasti kelihatanya anggun, pasti Hanz suka, pikirku.


AKU TIDAK SEHARUSNYA SEPERTI INI!

 Langit biru berubah menjadi gelap, suasana menjadi dingin percikan hujan membasahi jalanan, semua begitu sunyi, café yang berada di tengah kota bandung ini, tidak terlihat banyak pengunjung, alunan lagu dan lilin kecil menambah nilai plus keromantisan suasana.
Tidak pernah terpikir olehku, Aku akan menyakiti seseorang yang ku sayangi, mungkin ini yang terbaik, aku tahu ini salah, tapi semua tubuhku menuntutku untuk BALAS DENDAM !.

Lamunanku terpecah oleh kedatang Hana.

Hana tersenyum.

Sangat berbeda Hana malam ini sungguh cantik.

“maaf, lama ya nuggunya?”.

“ngga apa-apa”,mau pesan apa?”tanyaku.

 “apa aja?samain aja sama kamu”.

“mas-mas,saya pesan makananya ini, minumnya ini, dua ya ,makasih”.

“aku seneng banget, kamu ngajak aku dinner, aneh juga sih karena aku ngga tahu dalam rangka apa?”Hana menanyakan,

 “iya aku cuman pengen cerita-cerita sama kamu, aku mau ngungkapin sesuatu bahwa aku, sebenarnya?”.

Obrolanku terhenti.

“Ehem-ehem”.

“eh,William udah dateng?” kataku kaget.

 “ada Hana juga?” william heran.

Hening

“ya udah lu pesen makanan dulu”

Aku tidak mengerti dengan rencanaku ini, ya Tuhan aku harus bagaimana?, apa yang harus aku lakukan?

kamipun mengobrol sambil menunggu makanan datang, tiba-tiba Hana menanyakan kepadaku tentang perasaanku padanya, sontak William kaget dengan pertanyaan Hana?.

 “ehem,ehem,gue kayanya harus pulang deh, soalnya gue mau jemput dulu nyokap”.

 “baru juga dateng Will, masa udah mau pulang lagi”.
“yaudah,beb!, ada dia juga menggangu dinner kita” Hana menjawab,

“maaf,  kalau gue udah mengganggu dinner kalian,TERIMA KASIH ATAS UNDANGANYA HANZ!”.

“WILL,WILL”.

Aku mengejar William yang keluar café.

“tunggu, tunggu Will” memegang erat tangan William“.

“ini yang lu maksud!”.

“bukan,gue tuh, pengen mempertemukan lu sama Hana ngga ada maksud lain”.

“Bohong!, percuma menjelaskan! semuanya telah terjadi Hanz, kepercayaan gue udah ilang, lu ngga seharusnya kaya gini, jujur lebih baikkan? meskipun itu menyakitkan!”.

 “jujur apa Will?”.

“ngga usah pura-pura bego, lu tahukan gue suka sama Hana tapi kenapa lu mesra-mesraan didepan gue, jadi selama ini gue cerita, percuma dan sekarang gue ngerti dengan maksud lu, lu
tega ya sama temen sendiri!”.

“lu sakit hati! kenapa gue ngelakuin ini semua Will, karena gue sakit hati sama lu”.

“sakit,hati karena apa?”.

 “CITRA?,gue suka sama dia dan lu merebutnya!”.

“gue ngga pernah merebut dia dari lu,karena Citra yang suka sama gue, lagian gue ngga tahu lu suka sama Citra dan itu SALAH!, DAN KENAPA LO NGGA UNGKAPIN.

Hening

 “TAKUT!, lu kan, yang ngasih saran sama gue?, yang namanya perasaan itu harus diungkapin, tapi kenapa lu??.”

“Hanz, apa yang kamu ucapkan itu benar?”, “kalau memang  semua itu benar, kenapa harus ngajak aku dinner, aku memang cewek terbodoh selama ini, memendam perasaan demi menjaga persahabatan kita , tapi apa yang kudapat?, aku memang menyukaimu Hanz, tapi kamu ngga pernah ngerti dengan perasaanku, sekarang aku udah tahu siapa cewek yang kamu suka, ternyata CITRA!.”

“tapi,maksud aku”

Waktu serasa berhenti, keadaan menertawakaan kebodohanku, apa yang sebenarnya aku lakukan menghiyanati mereka yang telah mempercayaiku,

Aku mencoba untuk menjelaskan tapi mereka meninggalkanku seorang diri.

Dan ini adalah kesalahan TERBESAR dalam hidupku.

Bersambung .
NEXT SHORT STORY : Harapan Membawa Luka.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar