Kategori: Cerita Cinta
Judul: Genggaman luka dalam senyuman!.
Tokoh
utama: Hanz
Untuk: Remaja
Penulis: Budiman
Perasaan adalah hati
manusia yang bicara, kadang kita harus menyembunyikan perasaan yang sebenarnya
demi menjaga hubungan“persahabatan”, sangat menyakitkan memang membohongi diri
sendiri dan ini yang selalu manusia lakukan.
Semua orang pernah berada di posisi ini.
Pada akhirnya saya mencoba membuat satu buah cerita,
Dimana dalam cerita ini, kamu akan menjadi 3 tokoh
penting,dalam 1 permasalahan yang sama,dalam kejadian yang berbeda.
Semoga cerita yang saya tulis, bermanfaat dan dapat membuka
pikiran kamu agar
lebih peka terhadap perasaan orang-orang yang berada sisi kamu. :-)
It’s time to begin my short
story:
Genggaman luka dalam senyuman!
“Bohong!, percuma
menjelaskan! semuanya telah terjadi Hanz, kepercayaan gue udah ilang, lu ngga
seharusnya kaya gini, jujur lebih baikkan? meskipun itu menyakitkan!”.
Waktu serasa berhenti,
keadaan seolah menertawakan kebodohanku, apa yang sebenarnya aku lakukan menghiyanati
mereka yang telah mempercayaiku,
aku mencoba untuk
meluruskan masalah ini, tapi William tidak peduli, apa yang sebenarnya aku
perbuat, Tuhan?.
HANZ.
Hanz adalah anak yang
baik dan pintar, segudang prestasi sudah dia raih, mengharumkan nama baik sekolah
dan selalu juara kelas, tidak seperti diriku yang sudah ternilai anak nakal,
malas dan playboy.
Bila ada tugas kelompok,
aku selalu masuk kedalam kelompok Hanz, Entah apa yang dipikiran oleh para
guru? tapi aku mengerti dengan maksudnya.
Kepintaran Hanz, niatnya
hanya aku manfaatkan saja, tapi seiring dengan berjalannya waktu, aku menjadi
nyaman berteman dengannya.
Hanz sangat bertanggung
jawab dan mau merubah sifat jelekku, kadang dia terlalu memaksaku untuk menjadi
apa yang dia mau, mungkin karena dia peduli, tapi terlalu peduli juga tidak baik.
Anak-anak dikelas selalu
memojokan kami berdua, disangka mempunyai hubungan khusus, aku risih dengan perkataan mereka, Aku putuskan
untuk jaga jarak dengan Hanz bila disekolah, karena memang Hanz selain terkenal
dengan siswa terpintar, diapun terkenal dengan setatus cowok feminim.
karena Hanz banyak teman
perempuan, aku berpikir untuk mendapatkan salah satu dari mereka.
2 tahun aku memendam
rasa penasaran pada seorang gadis bernama Hana, siswi tetangga kelasku.
Dia siswi yang menurutku
“menarik” berbeda dengan perempuan lainnya, aku sangat tergila-gila padanya,
tapi aku selalu bertanya dalam hati.
Apakah seorang
perempuan baik seperti Hana, mau menerima seorang playboy sepertiku?,
Entahlah.
Tahun ini kami memasuki
tahun terakhir sekolah.
Semua siswa –siswi
memenuhi papan pengumuman, untuk mencari nama masing-masing.
Terpampang nama Hanz,
Hana dan namaku William, kelas 3.b
Tanpaku duga kamipun
sekelas, persahabatanku semakin hari semakin erat, sekarang aku tidak perlu repot-repot
untuk mengenal jauh siapa Hana.
(Belakangan ini, aku
selalu bercerita pada Hanz tentang perasaanku kepada Hana, Hanz
selalu mendengarkan ceritaku dengan baik dan memberikan masukan untuk
mendapatkan seorang gadis.
Hanz
bersedia membantuku untuk mendapatkan Hana.)
Malam itu kami bertiga selesai mengerjakan
tugas, aku mengajak Hana pulang, tapi ajakanku sedikit tidak diresponnya.
“udah pulang aja,sama
William,bentar lagi ujan loh” Hanz meyakinkan Hana.
Hana meng”iyakan” karena
kondisi,
Di perjalanan kami tidak
berbincang, yang terdengar hanya knalpotku saja yang berisik.
Aku memberanikan diri
untuk membuka obrolan.
“rumahnya dimana Han?”.
“itu bentar lagi sampe” .
Rasanya aku ingin
sekali mengungkapkan perasaan ini, tapi ini bukan waktu yang tepat.
“makasih ya,udah
nganterin”Hana tersenyum, “iya,sama-sama”.
Entah kenapa hati ini
bahagia ketika Hana tersenyum kepadaku, apa ini yang dinamakan “JATUH CINTA?”.
RASA INI MEMBUNUH LOGIKA?
Setiap menit, aku selalu
memikirkan dia dan berhayal dapat memilikinya,
Perasaanku mulai tidak
menentu, menginginkannya tapi aku terlalu takut menerima keputusannya.
Aku memang seorang
playboy, tapi perasaanku berbeda padanya, aku tidak pernah sesuka ini, aku
menyukainya karena sifat dia yang dingin, tapi membuatku nyaman berada
disisinya, dia adalah perempuan pertama yang membuatku penasaran dan jatuh
cinta, dia menarik karena dia tidak seperti mantan-mantanku yang agresif.
Rasa cinta ini
tumbuh murni secara lahiriah dalam diri manusia.
Perasaan yang selama ini aku takutkan adalah JATUH CINTA, mengapa?
karena permasalahan perasaan itu rumit, cinta adalah perasaan yang
tidak bisa ditolak, karena cinta itu datang ketika kita menemukan rasa “nyaman”
siapapun itu orangnya, tapi ketika rasa “nyaman” itu tidak memiliki arti bagi
dirinya, akan menjadi kesalah-pahaman antara dia dan diriku,”SALAH MENGARTIKAN
SEMUANYA” dan pada akhirnya yang kudapat, hanyalah “LUKA”.
Mungkin ini adalah
proses untuk mendapatkan belahan jiwa, tapi aku tidak mau berlama-lama dalam
permaianan taman labirin cinta, aku harus ungkapkan, percuma memendam perasaan
ini, sampai kapanpun dia tidak akan pernah tahu isi hatiku.
Jarum jam setiap detik
berganti posisi, sama halnya seperti diriku yang gelisah antara mengungkapkan
atau tidak, bingung? mencari solusi sendiri, pada akhirnya aku putuskan untuk
kembali kerumah Hanz.
“Hanz, Hanz?”, Hanz
membukakan pintu,Hanz memakai piyama tidur dengan mata setengah terbuka, memandangiku
heran, aku memakluminya karena ini sudah jam sepuluh malam,
“William??” heran.,
“Hanz,boleh ngga gue nginep dirumah lu?soalnya gue mau,biasalah.”, aku
tersenyum.
Hanz meijinkanku
menginap.
Hanz menawariku makanan
dan minuman, aku yang lapar, meng”iya”kan.
sambil menunggu
Hanz menyiapkan makanan, aku melihat-lihat barang yang berada di kamar, yang
kulihat hanya piala-piala penghargaan.
Hanz anak yang pintar
dan tampan tidak perlu repot-repot untuk mencari seorang perempuan, banyak
perempuan yang mendekatinya, Hanzpun mempunyai keluarga yang harmonis, betapa
‘SEMPURNA’nya hidup Hanz.
Tidak seperti diriku,
orang tua setiap hari cek-cok, untuk mendapatkan seorang perempuan harus
“MENGGOMBAL” dulu, piala tidak punya, paling aku mendapatkan penghargaan,
ya,penghargaan anak termalas, tidak ada yang harus aku banggakan dalam hidupku.
Hanz mengagetkan
lamunanku,
”Will, jarang-jarang lu
main kerumah gue, malam-malam”,
“ya ,gue bingung sama
perasaan gue sendiri?”.
Aku menceritakan
semuanya kepada Hanz tentang perasaanku kepada Hana, bingung antara
mengungkapakan atau tidak, sebenarnya apa yang aku alami ini sangat tidak biasa,
“GALAU KARENA PEREMPUAN?!”, biasanya aku sendirilah yang membuat mereka galau.
Kami berdua saling
memberikan masukan dan mencari solusi., masalah perasaan itu hanya satu
jawabanya “UNGKAPKAN” , percuma lu menyembunyikan perasaan,dia ngga akan pernah
tahu”. Hanz memberikan jawaban
Masalah menjadi ringan,
karena ada Hanz yang mengerti dengan kondisi seperti ini, padahal Hanz di sekolah
sangat cuek terhadap perempuan bahkan tidak pernah aku mendengar
pacarnya, karena Hanz typikal anak yang mengedepankan prestasi, yang kulihat di
sekolah dengan Hanz hari ini sungguh berbeda, bila di sekolah Hanz yang selalu
memecahkan soal-soal pelajaran, tapi malam ini Hanz memecahkan MASALAH CINTA.
“Hanz,hari ini
lu,menjadi raja cinta!” hanz tersenyum, “lu ngerti banget sama kondisi kaya
gini,emang lu pernah ada,diposisi gue?”.
“pernah dan itu
menyakitkan”.
Tanpa disadari kami
tertidur.
Tanpa aku sadari cinta ini tumbuh dan membuatku gila, berhalusinasi
tentangnya, bukan sesuatu yang wajar, inilah rasanya bila kasih sayang tidak
terlampiaskan.
Alarm berbunyi, aku yang
tertidur nyenyak mau tidak mau harus terbangun.
Aku yang masih setengah
sadar mengambil jam weker yang berbentuk woody woodpecker siburung
pelatuk yang berisik, niat untuk mematikan nada dari jam weker, eh malah aku
terbelalak kaget, karena sudah jam setengah tujuh.
Keheningan pagi ini di
pecahkan oleh kegaduhan kami berdua yang teburu-buru untuk pergi ke sekolah.
Diperjalanan kami
ngebut, bila telat kami berdua tidak bisa masuk karena gerbang sekolah sudah
ditutup rapat, lampu merahpun kami terobos, pada akhirnya kami berdua harus
berurusan dengan polisi lalulintas.
“TAHUKAN ITU LAGI LAMPU
MERAH! maen terobos aja, gimana kalau kalian celaka, mana sim dan stnknya”!.
Aku mencari-cari dompet
didalam tas, karena semua kartu, uang termasuk sim ada didalamnya, tapi sial
dompetku ketinggalan dirumah Hanz.
“MAMPUS!”kataku, “siapa
yang meninggal” Hanz menjawab.
Aku yang tadinya kesal
menjadi ingin tertawa tapi dari perkataan Hanz aku menemukan ide,
“ya,pak noven satpam
kita, tadi pagi meninggal, makanya kita buru-buru pak!”kataku.
Polisi percaya dengan
cerita bohongku, tapi pak polisi tetap menahan motor, kami berduapun mau tidak
mau harus menaiki angkutan umum.
Di sekolah, gerbang
sudah tertutup rapat, aku yang sedang mencari ide untuk masuk kedalam,
tiba-tiba lenganku diajak untuk berlari, karena Hanz melihat arwah pak noven,
satpam sekolah.
“MAU KEMANA KALIAN!?”pak
noven berteriak.
pada akhirnya Aku dan
Hanz bolos sekolah,
“terus sekarang kita mau
kemana?”, “KANTIN!” kataku bersemangat.
Dikantin aku menjelaskan
keadaan yang sebenarnya tentang satpam sekolah yang meninggal dunia.
“itu hanya,
akal-akalanku saja Hanz, supaya kita bisa lolos dari polisi”.
“tahu gitu
mendingan kita masuk aja”.
Ketika kami berdua
sedang asyik ngobrol, tiba-tiba?
“malah asyik-asyikan
kalian ngobrol di kantin,MASUK!!”
Aku dan hanz
spontan menoleh kebelakang.
“iyaa,,buuu?”kataku
gugup.
“HANA?” Hana tersenyum.
Kami bertigapun
mengobrol di kantin sekolah dan menceritakan kejadian hari ini.
“gokil banget kalian
berdua”.
“terus kenapa kamu
kesini,Hana?”.
“lagi badmood belajar
aja, oh iya aku bawa makanan spesial buat William”.
Aku yang tidak menyangka
akan hal ini, ternyata terjadi nyata.
Hanz tersenyum kepadaku,
karena rencananya berhasil menjadi macomblang.
Susana di kantin menjadi
romantis dan tenang, tiba-tiba pak noven datang, kami bertiga ketahuan, dan
yang terjadi hanya kejar-kejaran,
“HEII!,BAYAR DULU” ibu
kantin berteriak, “iya bu ntar, kasbon dulu!” kataku.
Kami bertiga tidak tahu
arah dan tujuan, jalan yang menurut kami aman, kami lalui.
pemukiman warga yang
banyak orang-orang beraktifitas, gang-gang sempit, terus kami berlari, Aku
mendapatkan ide bersembunyi di dalam toilet umum warga?, ide gila atau ngga,
tapi dalam kondisi seperti ini, apapun bisa dilakukan yang penting selamat dari
kejaran satpam.
Di dalam toilet dipenuhi
oleh kami bertiga, tanpa kami mempedulikan ada seorang perempuan.
Kami pun keluar, dengan
keadaan baju yang basah dipenuhi keringat, seorang bapak-bapak salah satu warga
setempat melihat kami, bapak-bapak itupun berteriak.
“WOI,KALIAN BERANINYA
MESUM DI DALAM WC!”
Belum sempat kami
menjelaskan, warga berhamburan keluar, karena penasaran dengan apa yang
terjadi.
Aku yang ketinggalanan
jauh berada dibelakang tertangkap oleh salah satu preman, preman itu tiba-tiba?.
“AMPUN,PAK,AMPUN!”.
“Will,lu kenapa??
Bangun,heh bangun!.
“Ampun pak,ampun!”.
“minta ampun kenapa?.
“lu ngigo ya?, udah
bangun ini udah siang!”.
“Pokonya kita ngga boleh
telat?” kataku panik.
“William ini hari
minggu!”.
Kenapa aku seperti orang
bego tidak tahu hari, mungkin aku terlalu sibuk memikirkannya dan apa
sebenarnya maksud mimpi itu?!.
“oh iya Will, gue
mau lu dateng nanti malem ke café merah ,gue tunggu lu disana?.
“dalam acara apa nih, lu ngundang
gue?”.
“ya, lu bakalan
tahu nanti”.
Aku meng’iya’kan ajakan
HANZ.
RENCANA DALAM
SELIMBUT LUKA.
Ini adalah rencanaku,
rencana terbodoh atau terpintar, tapi aku harus mencobanya.
Williampun meng’iya’kan
ajakanku.
“Hanz, gue pulang dulu,
ntar malem gue pasti dateng, makasih ya udah ngebolehin gue nginep.”.
“iya, awas lu kalau ngga
dateng?”.
Aku melihat William
tersenyum dan pergi, Entah kenapa hati ini sakit melihatnya.
Dalam kesendirian aku
berpikir apakah rencanaku ini akan berhasil?
Antara maju dan mundur,
tapi aku harus maju!.
Menghubungi Hana.
“hallo,Han??”.
“iya Hanz, ada
apa?”.
“Han kamu ada
waktu ngga nanti malam,soalnya aku mau ngajak kamu?”.
“ada, ngajak aku apa
Hanz?”.
“aku mau ngajak
kamu dinner di café merah, aku
langsung tunggu disana ya”.
“iya”.
“yaudah ketemu nanti
malem”.
“iya,Hanz”.
Aku senyum-senyum
sendiri, kenapa hati ini sungguh bahagia?, aku tidak mengerti dengan diriku
sendiri, apa yang sebenarnya aku perbuat?.
kejadian itu
menghantuiku lagi, ketika William membonceng Citra kecenganku,memakai motor
besar, melihat kearahku dan tersenyum sinis.
Aku tidak pernah
menyangka akan seperti itu kejadianya, Aku tidak tahu maksud William apa?
Yang pasti, Hanya dengan pertemuan nanti malam aku akan
membalas semuanya!.
TIDAK PERNAH
KUDUGA!
Hanz mengajakku dinner, ya Tuhan mimpi apa aku semalam?.
Akhirnya dia mengerti
dengan perasaanku, aku sudah lama menunggu moment ini terjadi, aku harus
memakai baju apa?, untuk Hanz bisa mengagumiku nanti malam dan berkata “betapa
cantiknya kamu malam ini”.
“mamah, nanti malam aku
mau diajak dinner sama Hanz, tapi
mah, aku bingung mau pake baju apa?”.
“ini, aja dress mama,
yang waktu dulu dipake saat kencan pertama sama papah”
Dress warna hijau, kalau
pake baju itu pasti kelihatanya anggun, pasti Hanz suka, pikirku.
AKU TIDAK SEHARUSNYA
SEPERTI INI!
Langit biru
berubah menjadi gelap, suasana menjadi dingin percikan hujan membasahi jalanan,
semua begitu sunyi, café yang berada di tengah kota bandung ini, tidak terlihat
banyak pengunjung, alunan lagu dan lilin kecil menambah nilai plus
keromantisan suasana.
Tidak pernah terpikir
olehku, Aku akan menyakiti seseorang yang ku sayangi, mungkin ini yang terbaik,
aku tahu ini salah, tapi semua tubuhku menuntutku untuk BALAS DENDAM !.
Lamunanku terpecah oleh
kedatang Hana.
Hana tersenyum.
Sangat berbeda Hana
malam ini sungguh cantik.
“maaf, lama ya nuggunya?”.
“ngga apa-apa”,mau pesan
apa?”tanyaku.
“apa aja?samain
aja sama kamu”.
“mas-mas,saya pesan
makananya ini, minumnya ini, dua ya ,makasih”.
“aku seneng banget, kamu
ngajak aku dinner, aneh juga sih
karena aku ngga tahu dalam rangka apa?”Hana menanyakan,
“iya aku cuman
pengen cerita-cerita sama kamu, aku mau ngungkapin sesuatu bahwa aku,
sebenarnya?”.
Obrolanku terhenti.
“Ehem-ehem”.
“eh,William udah dateng?”
kataku kaget.
“ada Hana juga?”
william heran.
Hening
“ya udah lu pesen
makanan dulu”
Aku tidak mengerti
dengan rencanaku ini, ya Tuhan aku harus bagaimana?, apa yang harus aku
lakukan?
kamipun mengobrol sambil
menunggu makanan datang, tiba-tiba Hana menanyakan kepadaku tentang perasaanku
padanya, sontak William kaget dengan pertanyaan Hana?.
“ehem,ehem,gue
kayanya harus pulang deh, soalnya gue mau jemput dulu nyokap”.
“baru juga dateng
Will, masa udah mau pulang lagi”.
“yaudah,beb!, ada dia
juga menggangu dinner kita” Hana
menjawab,
“maaf, kalau gue udah mengganggu dinner kalian,TERIMA KASIH ATAS UNDANGANYA HANZ!”.
“WILL,WILL”.
Aku mengejar William
yang keluar café.
“tunggu, tunggu Will”
memegang erat tangan William“.
“ini yang lu maksud!”.
“bukan,gue tuh, pengen
mempertemukan lu sama Hana ngga ada maksud lain”.
“Bohong!, percuma
menjelaskan! semuanya telah terjadi Hanz, kepercayaan gue udah ilang, lu ngga
seharusnya kaya gini, jujur lebih baikkan? meskipun itu menyakitkan!”.
“jujur apa Will?”.
“ngga usah pura-pura
bego, lu tahukan gue suka sama Hana tapi kenapa lu mesra-mesraan didepan gue,
jadi selama ini gue cerita, percuma dan sekarang gue ngerti dengan maksud lu,
lu
tega ya sama temen
sendiri!”.
“lu sakit hati! kenapa
gue ngelakuin ini semua Will, karena gue sakit hati sama lu”.
“sakit,hati karena apa?”.
“CITRA?,gue suka
sama dia dan lu merebutnya!”.
“gue ngga pernah merebut
dia dari lu,karena Citra yang suka sama gue, lagian gue ngga tahu lu suka
sama Citra dan itu SALAH!, DAN KENAPA LO NGGA UNGKAPIN.
Hening
“TAKUT!, lu kan,
yang ngasih saran sama gue?, yang namanya perasaan itu harus diungkapin, tapi
kenapa lu??.”
“Hanz, apa yang kamu
ucapkan itu benar?”, “kalau memang semua itu benar, kenapa harus ngajak
aku dinner, aku memang cewek terbodoh
selama ini, memendam perasaan demi menjaga persahabatan kita , tapi apa
yang kudapat?, aku memang menyukaimu Hanz, tapi kamu ngga pernah ngerti
dengan perasaanku, sekarang aku udah tahu siapa cewek yang kamu suka, ternyata
CITRA!.”
“tapi,maksud aku”
Waktu serasa berhenti,
keadaan menertawakaan kebodohanku, apa yang sebenarnya aku lakukan menghiyanati
mereka yang telah mempercayaiku,
Aku mencoba untuk
menjelaskan tapi mereka meninggalkanku seorang diri.
Dan ini adalah kesalahan
TERBESAR dalam hidupku.
Bersambung .
NEXT SHORT STORY : Harapan Membawa Luka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar